4 Cara Sederhana Melestarikan Padang Lamun dan Biota Penting di Dalamnya
Saat berkunjung ke pantai, sering kita temui hamparan hijau pada dasar laut yang menyerupai padang rumput yang tidak lain adalah padang lamun. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Lamun dapat membentuk hamparan yang disebut “padang lamun”.
A. Padang Lamun Sebagai Rumah
Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang kompleks, memiliki produktivitas hayati yang tinggi, dan merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologi maupun secara ekonomi (Rasheed et al., 1995 dalam Arifin, 2004). Fungsi ekologi padang lamun diantaranya adalah sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari perlindungan berbagai jenis biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan sebagainya (Tomascik et al., 1997 dalam Arifin, 2004). Tumbuhan lamun itu sendiri merupakan makanan penting bagi ikan baronang (Siganus guttatus)(Azli, 2016), penyu hijau (Chelonia mydas), dan dugong (Dugong dugon) (Lanyon et al.,1989 dalam Arifin, 2004).
Padang Lamun Menjadi Ekosistem yang Penting Bagi Biota Laut
(Sumber : Seagrasswatch)
Dari 60 spesies lamun di dunia, perairan Indonesia adalah rumah bagi 13 spesies lamun (DSCP indonesia, 2018). Menurut Nontji (1987) di Indonesia terdapat 7 genus lamun, yaitu Enhalus, Thalassia, Halophila, Halodule, Cymodocea, Syrongidium, dan Thalssodendrom. Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii adalah spesies-spesies lamun yang sering dijumpai di perairan Indonesia (DSCP indonesia, 2018).
Padang Lamun yang Didominasi oleh E. acoroides di Teluk Balikpapan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
B. Dugong
Dugong atau duyung termasuk ke dalam ordo Sirenia di mana semua anggota Sirenia adalah mamalia laut herbivore, dan telah beradaptasi dengan baik dengan lingkungan lautnya (DKKHL, 2016). Dugong mulai dewasa pada usia 10 tahun dan dapat tumbuh hingga 3 meter dan memiliki berat sampai sekitar 400 kg. Umurnya rata-rata diperkirakan dapat mencapai hingga 70 tahun (Nishiwaki dan Marsh, 1985 dalam DKKHL, 2016). Dugong betina memiliki masa kehamilan sekitar 14 bulan dan melahirkan satu anak tiap 2,5 hingga 5 tahun. Anak akan didampingi induknya hingga sekitar 18 bulan, karena masih membutuhkan susu induknya.
Makanan utama dugong adalah lamun dan cenderung menyukai spesies lamun pionir seperti genus Halophila dan Halodule, yang bagian atasnya (daun) mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi dan rendah serat, dan bagian bawah (rhizoma dan akar) yang banyak mengandung karbohidrat dan berenergi tinggi (De longh, 1994 dalam Juraij et al., 2014). Di lain sisi, perilaku makan duyung yang terlihat seperti mengacak-acak dasar lamun dapat membuat padang lamun menjadi subur.
Dugong (Dugong dugon)
(Sumber: DSCP Indonesia)
Karena siklus reproduksi yang lamban dan maraknya kerusakan padang lamun, menyebabkan keberadaan dugong semakin terancam. Di Indonesia dugong telah dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, sehingga segala bentuk pemanfaatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan melanggar hukum dan dapat dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam undang-undang. Selain itu dugong juga sudah termasuk satwa yang dilarang perdagangannya secara internasional karena status populasinya telah diklasifikasikan sebagai jenis satwa yang sudah “rentan terhadap kepunahan” (Vulnerable to Extinction) oleh Global Red List of IUCN dan dimasukkan ke dalam Appendix I dari Convention on Internatinal Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora atau CITES (CITES, 2007 dalam DKKHL, 2016).
C. Masalah Kerusakan Lamun
Kelestarian dugong mempunyai korelasi yang erat dengan keberadaan padang lamun, karena lamun merupakan makanan utama dugong (KKJI, 2014 dalam DKKHL, 2016).
Namun ironisnya telah tercatat bahwa sebesar 80% dari luas padang lamun di Indonesia tergolong kurang sehat (DSCP indonesia, 2018). Perubahan atau hilangnya spesies dalam padang lamun biasanya berkorelasi dengan penurunan ketersediaan cahaya, eutrofikasi, peningkatan sedimentasi, atau gangguan fisik langsung (Waycott et al., 2009 dalam Unsworth et al., 2015). Selain itu degradasi ekosistem lamun dapat terjadi akibat kegiatan manusia yang tidak terkontrol seperti pembukaan lahan untuk pembangunan hotel, pelabuhan, dan pemukiman.
Kegiatan manusia lainnya yang secara langsung mempengaruhi padang lamun diantaranya adalah penangkapan ikan dengan metode yang tidak ramah lingkungan seperti dengan trawl, racun, dan bahan peledak, menumpuknya sampah di daerah pesisir terutama plastik yang menyebabkan fotosintesis lamun terganggu, dan kasus luar biasa seperti tumpahan minyak hasil tambang di penambangan lepas pantai, seperti yang terjadi belum lama ini di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur yang dapat menimbulkan gangguan terhadap lamun dan biota yang berasosiasi di dalamnya termasuk dugong.
Pencemaran Sampah Plastik yang Terjadi di Salah Satu Desa di Kawasan Teluk Balikpapan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Peristiwa Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan
(Sumber: DSCP Indonesia)
Pengembangan persepsi sosial masyarakat yang positif perlu terus dikembangkan sehingga dapat melahirkan perilaku masyarakat yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan (Dewi, 2012).
Beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya adalah dengan penyadaran masyarakat (public awareness) yang bisa dilakukan dengan pendekatan seperti kampanye lewat media elektronik (televisi, radio) ataupun lewat media cetak, pendidikan mengenai lingkungan termasuk pentingnya melestarikan lingkungan padang lamun yang dapat disampaikan lewat jalur pendidikan formal dan non-formal, pengembangan riset yang diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akurat untuk mendasari pengambilan keputusan dalam pengelolaan lingkungan, dan pengembangan mata pencaharian alternatif yang ramah lingkungan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Tangke, 2010).
Selain itu diperlukan penegakan hukum secara konsisten. Namun luasnya wilayah yang harus diawasi dan keterbatasan kemampuan pemerintah dalam penegakan hukum menjadi masalah sangat serius yang harus dihadapi dalam upaya konservasi dugong dan habitatnya di Indonesia. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam penegakan hukum (Hutomo et al., 2011 dalam DKKHL, 2016).
Tentu tidak semua orang bekerja di lembaga-lembaga lingkungan hidup atau memiliki kesempatan untuk turun tangan langsung dalam pemecahan masalah dugong dan habitatnya. Anda mungkin tinggal jauh dari pantai, atau berkerja di kantor, juru masak, murid, atau mungkin sebagai ibu rumah tangga. Akan tetapi, beberapa hal di bawah ini masih dapat Anda lakukan untuk berpartisipasi dalam menjaga ekosistem lamun dan biota yang berasosiasi di dalamnya.
1. Perbanyak Belajar Tentang Ekosistem Laut
(Sumber : shutterstock)
Eksploitasi dugong dan degdradasi ekosistem lamun salah satunya disebabkan oleh minimnya wawasan masyarakat tentang kelestarian lingkungan. Semakin banyak Anda mempelajari tentang masalah-masalah yang dihadapi tentang ekosistem laut di zaman modern ini, semakin Anda ingin membantu memastikan kelestariannya kemudian berbagi pengetahuan itu untuk mendidik dan menginspirasi orang lain.
2. Menghemat Penggunaan Plastik
(Sumber : njsurfrider)
Karena sifatnya yang sulit terurai, sampah plastik yang dibuang ke perairan akan menetap di permukaan laut dan berkontribusi pada perusakan habitat dan membunuh puluhan ribu hewan laut setiap tahun. Oleh karena itu, salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga ekosistem lamun adalah dengan membatasi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Bawalah botol air yang dapat digunakan kembali, simpan makanan dalam kotak makan yang dapat digunakan kembali, bawalah tas kain sendiri atau tas lain yang dapat digunakan kembali saat berbelanja, dan melakukan daur ulang plastik jika memungkinkan.
3. Jangan Mengeksploitasi Dugong dan Biota Laut yang Dilindungi Lainnya
Banyak kasus perburuan dugong dengan tujuan untuk diambil daging dan kulitnya untuk dikonsumsi. Salah satu hal sederhana yang bisa Anda lakukan adalah dengan tidak membeli produk yang berasal dari dugong sehingga diharapkan laju perburuannya di alam dapat ditekan.
4. Dukung Organisasi yang Bekerja untuk Konservasi Laut
Banyak lembaga dan organisasi yang berjuang untuk melindungi habitat laut dan satwa laut melalui banyak program dan riset baik itu skala nasional atau internasional. Anda bisa membantu dengan memberikan donasi atau menjadi sukarelawan untuk organisasi seperti WWF dan Seagrass Watch. Jika Anda tinggal di dekat pantai, Anda bisa bergabung dengan kelompok setempat dan terlibat dalam proyek di sekitar lingkungan rumah.
D. Kesimpulan
Sebagai penyedia jasa lingkungan yang sangat penting yaitu diantaranya sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari perlindungan berbagai jenis biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan mamalia seperti dugong, membuat padang lamun harus selalu dilestarikan agar keseimbangan ekologis tetap terjaga.
Dengan melestarikan padang lamun, kita juga telah membantu untuk melestarikan biota-biota yang berasosiasi di dalamnya sekaligus menjaga sumberdaya perikanan sebagai ketahanan pangan nasional agar tetap berkelanjutan.
#DuyungmeLamun bersama DSCP Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arifin., La Nafie, A., Supriadi. 2004. Studi Kondisi Dan Potensi Ekosistem Padang Lamun Sebagai Daerah Asuhan Berbagai Jenis Biota Laut Di Perairan Pulau Barranglompo, Makassar. Torani, Vol. 14(5) Edisi Khusus SP4, 241-250.
Azli, A. H. 2016. Makanan Ikan Baronang (Siganus guttatus Bloch 1787) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dewi, R.K., 2012. Pengelolaan Ekosistem Lamun Kawasan Wisata Pantai Sanur Kota Denpasar Provinsi Bali. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
DKKHL. 2016. Rencana Aksi Nasional (RAN): Konservasi Dugong dan Habitatnya (Lamun) di Indonesia Periode I 2017-2021. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
DSCP Indonesia. 2018. Dugong and Seagrass Conservation Project - DSCP Indonesia. https://web.facebook.com/dscpindonesia (Diakses pada 04 Mei 2018).
Juraij, Bengen, D.G., Kawaroe, M. 2014. Keanekaragaman Jenis Lamun Sebagai Sumber Pakan Dugong Dugon Pada Desa Busung Bintan Utara Kepulauan Riau. Omni-Akuatika Vol. XIII (19) 71 - 76.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan, Jakarta. Hal. 156-160.
Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi). Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan Ummu-Ternate) Vol. 3 Edisi 1.
Unsworth, R.K.F., Collier, C.J., Waycott, M., Mckenzie, L.J., Cullen, L.C., 2015. A Framework For The Resilience Of Seagrass Ecosystems. Marine Pollution Bulletin 100 (2015) 34–46.
Sumber lainnya:
http://www.seagrasswatch.org
https://njsurfriderdrafts.wordpress.com/2012/03/20/join-the-fight-against-plastic-pollution/
http://www.shutterstock.com
good kaka
BalasHapus